Profil Sekolah

Profil Sekolah

     SLB/ B Don Bosco Yayasan Karya Bakti lahir pada tanggal 8 Desember 1955 bertepatan dengan kedatangan 5 bruder pendidik, yaitu Br. Benignus Gomans, Br. Theo Zoontjes, Br. Odoricus Horvers, Br. Jan Emmen dan Br. Pancratius Sunyata Sukasdu. Kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 8 Januari 1956.
dengan jumlah siswa 36 orang. Mereka sebelumnya menjadi satu dengan siswi SLB/ B Dena Upakara.

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendiknas), Prof. Dr. Yamin menyambut positif berdirinya LPATR Don Bosco dan berpesan, “Kami mohon agar SLB/B di Wonosobo menjadi teladan dan contoh SLB/B di seluruh Indonesia dan di Asia Tenggara. Tidak boleh berubah tujuannya yaitu tetap untuk pendidikan kaum tunarungu”.

METODE PENGAJARAN

Metode pengajaran yang dikembangkan dan dipertahankan sampai sekarang adalah metode oral. Sama dengan kiblatnya, yaitu Institus voor Doven Sint-Michielsgestel Nederland. Metode oral melatih anak tunarungu untuk berbahasa lisan dan bicara murni tanpa isyarat. Metode ini mengutamakan cara, keaktifan dan kemampuan anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kemauan dengan bahasa. Melalui metode oral ini, anak tunarungu yang selama balita tidak memiliki bahasa sama sekali, maka sedikit demi sedikit menguasai bahasa ibu, sampai akhirnya menguasai bahasa ilmu.

Metode oral dapat mencapai hasil optimal dengan dukungan latihan intensif anak mengucapkan bunyi bahasa. Latihan intensif dilaksanakan di ruang khusus binawicara/ artikulasi yang ditangani oleh ahli speech therapy. Sisa pendengaran anak dimanfaatkan seoptimal mungkin.

JENJANG PENDIDIKAN

A.  TINGKAT PERSIAPAN/ PRA SEKOLAH

     

      • Tujuan : agar anak dapat berbicara, menulis dan membaca.

      • Pelaksanaan : anak masuk berumur 5-6tahun.

      • Dalam kegiatan belajar sehari-hari anak mendapat pelayanan klasikal dan pelayanan khusus. Bahan yang diajarkan ialah kata-kata yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari.

    Ada latihan identifikasi (benda, gambar, tulisan). Bacaan sederhana disusun berdasarkan kata-kata yang sudah dipercakapkan dan menarik perhatian anak. Selama 3 tahun anak belajar khusus bahasa, baik lisan maupun tertulis sebagai bekal untuk mengikuti pelajaran di kelas 1 (tingkat dasar). Apabila dipandang anak belum mampu mengikuti pelajaran di tingkat dasar tetapi ada potensi untuk mampu mengikuti, anak diberi kesempatan mengulang di tingkat persiapan.

    B.  TINGKAT DASAR

       

        • Tujuan : agar anak dapat mengungkapkan isi hati dengan bahasa lisan dan menangkap pembicaraan orang lain.

        • Selanjutnya supaya anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan sesamanya. Sampai akhirnya anak dapat menentukan dengan tepat kejuruan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.

        • Pelaksanaan : terdapat dua grade.

        • Grade I yaitu kelas tingkat dasar rendah, yang diutamakan adalah bidang studi bahasa, baik lisan maupun tertulis. Sedangkan untuk berhitung merupakan pelengkap. Untuk mata pelajaran IPA, IPS, PPKn dan Agama diintegrasikan ke dalam bahasa. Hal ini terjadi karena bahasa menjadi perhatian utama, maka setiap hari anak belajar melalui percakapan.

      Bacaaan disusun berdasarkan pengalaman anak sendiri dan menarik perhatian teman-temannya.

         

          • Grade II yaitu kelas tingkat dasar tinggi. Pada tingkat ini anak mulai belajar bidang studi yang sebenarnya, Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dsb sebagaimana berlaku di sekolah dasar. Di pengujung tahun ajaran kelas dasar diselenggarakan ujian, baik Ujian Sekolah maupun Ujian Nasional. Hal ini penting bagi anak yang sekiranya mampu secara akademik, komunikasi dan mental untuk melanjutkan ke sekolah umum.

           

            • Selain mata pelajaran umum, kami juga menyampaikan mata pelajaran khusus lainnya, yaitu BPBI (Bina Persepsi Bunyi dan Irama) meliputi bunyi, musik, gerak dan irama. Dan pelajaran ini sangat mendukung mata pelajaran lainnya disamping apresiasi seni itu sendiri.

            • Pelajaran lain yang dianggap penting yaitu komputer, Pramuka, menggambar dan hasta karya, sebagai bekal menuju tingkat kejuruan.

            • Untuk pelajaran Olah Raga menjadi menu sehari-hari yang wajib diikuti semua siswa, dengan tujuan membentuk fisik siswa yang tangguh dan berpresta

          C.  TINGKAT KEJURUAN

           

          Kejuruan Besi Kejuruan Jahit Kejuruan Kayu

             

              • Tujuan : agar siswa memiliki ketrampilan/ keahlian untuk dapat bekerja, mandiri dan hidup bermasyarakat.

              • Pelaksanaan : siswa menempuh pendidikan selama 4 tahun. 3 tahun pertama siswa belajar teori dan praktek, sedangkan pada tahun ke-4 siswa mencari pengalaman kerja di lapangan dengan sistem PKL (Praktek Kerja Lapangan).

              • Selain belajar tentang teori dan praktek di kejuruan, siswa juga belajar bidang studi umum (Agama, PPKn, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika)

            ASRAMA DONBOSCO

            Masyarakat menilai bahwa keberhasilan SLB/ B Wonosobo karena merupakan sekolah berasrama, selain lengkapnya fasilitas, profesionalisme serta juga karena jiwa pengabdian dari para guru serta pamong.

            Asrama Don Bosco berkapasitas 150 siswa terdiri dari 5 unit, yaitu :

               

                • Asrama Pra Putra untuk kelas Pra Sekolah/ TK

                • Asrama Eka Putra untuk kelas Tingkat Dasar Rendah

                • Asrama Dwi Putra untuk kelas Tingkat Dasar Tinggi

                • Asrama Tri Putra untuk kelas Kejuruan

              Pembinaan di asrama Praputra dititikberatkan pada penanaman kebiasaan hidup sehari-hari yang baik dan teratur, seperti bangun tidur, mandi, gosok gigi, cara berpakaian, cara bermain dengan teman dsb.

              Di asrama Eka Putra kebiasaan baik dan teratur ditingkatkan dengan menumbuhkan jiwa sosial dan kerjasama, misal dengan pembagian kelompok kerja untuk membersihkan ruang makan,dll. Peran pengasuh Eka Putra adalah “Ing Ngarso Sung Tuladha” (berada di depan untuk memberi contoh).

              Pembinaan bagi anak-anak asrama Dwi Putra sudah lebih kompleks, seiring dengan perkembangan anak yang memasuji masa pubertas dan remaja. Arah pembinaan adalah tumbuhnya kesadaran akan tanggungjawab, disiplin, moral, pergaulan dengan lawan jenis dan sikap menghadapi realita

              keluarga termasuk jika terjadi perbedaan pandangan denga orang tua. Peran pengasuh asrama Dwi Putra adalah “Ing Madya Mangun Karsa” (berada di tengah untuk memberikan semangat).

              Di asrama Tri Putra dan Griya Bima, siswa sudah lebih dewasa. Maka pembinaan dititikberatkan pada besarnya tanggungjawab yang dimiliki siswa, latihan kepemimpinan dan bagaimana bersikap terhadap realita yang terjadi di masyarakat. Peran pengasuh di asrama ini lebih banyak “Tut Wuri Handayani”